Kamis, 14 November 2019

ASSESMEN PERKEMBANGAN KOGNITIF BERDASARKAN TEORI PIAGET


Kumpulan Tugas-Tugas selama kuliah
semoga bermanfaat :)



ASSESMEN PERKEMBANGAN KOGNITIF BERDASARKAN TEORI PIAGET

A.    Konsep Dasar Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam berfikir dan kemampuan untuk memberikan alasan. Malkus, Feldman, Gardner dalam Catron dan Allen (1999:2710) menggambarkan perkembangan kognitif adalah sebagai “...kapasitas untuk bertumbuh untuk menyampaikan dan menghargai maksud dalam penggunaan beberapa sistem simbol yang secara kebetulan ditonjolkan dalam suatu bentuk pengaturan”.
B.     PengertianPerkembangan Kognitif
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia. Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan lingkungan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punyai.
Untuk menunjukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang terorganisir Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti bahwa kognitif merupakan sistem yang selalu diorganisir dan diadaptasi, sehingga memungkinkan individu beradaptasi dengan lingkungannya.
C.    Proses dan Tahapan Kognitif Menurut Piaget
Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
1.      Asimilasi dari sudut biologi adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif meliputi objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal.  Proses asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokan kedalam istilah-istilah yang sebelumnya telah mereka ketahui.
2.      Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau menggabung-gabungakan istilah lama untuk menghadapi tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal. Jadi kalau pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka pada akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga ia dapat menyesuaiakan diri dengan objek yang ada diluar dirinya. Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan objeknya
Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif perkembangan intelektual Piaget membagi perkembangan ini ke dalam 4 tahap yaitu :
1.      Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
2.      Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
3.      Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis.
4.      Periode operasi formal (11,0-dewasa)
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
D.    Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
1.      Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
E.     Fase Pra Operasional (Usia 2- 7 tahun)
Fase ini merupakan masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak belum stabil dan belum terorganisir  secara baik. Fase ini dibagi menjadi tiga sub fase berifikir:
1.      Berpikir secara simbolik (2-4 tahun), yaitu kemampuan berpikir tentang objek dan peristiwa secara abstrak. Anak sudah dapat menggambarkan objek yang tidak ada dihadapannya. Kemampuan berpikir simbolik, ditambah dengan perkembangan kemampuan bahasa dan fantasi sehingga anak mempunyai dimensi baru dalam bermain. Anak dapat menggunakan kata-katanya untuk menandai suatu objek dan membuat substitusi dari objek tersebut.
2.      Bepikir secara egosentris (2-4 tahun), anak melihat dunia dengan perspektifnya sendiri, menilai benar atau tidak berdasarkan sudut pandang sendiri. Sehingga anak belum dapat meletakkan cara pandangnya dari sudut pandang orang lain.
3.      Berpikir secara intuitif (4-7 tahun), yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu (menggambar/menyusun balok), tetapi tidak mengetahui alasan pasti mengapa melakukan hal tersebut. Pada usia ini anak sudah dapat mengklasifikasi objek sesuai dengan kelompoknya.
F.     Tujuan Wawancara
Wawancara ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan diagnosis tentang kekuatan atau kelebihan dan kebutuhan anak dalam perkembangan kognitif fase pra-operasional anak.


















G.    Format Wawancara
No.
Dimensi
Item Pertanyaan
Jawaban
1
Berpikir simbolik
Bagaimanakah sikap anak ketika bermain? Apakah anak menunjukan sikap imitasi (meniru) dalam kegiatan sehari- hari?

apakah anak dapat bermain peran dengan baik?
Bagaimana anak memperlakukan mainan saat bermain? Apakah anak menunjukan jika mainan tersebut hidup?
Bagaimanakah anak menggambarkan benda- benda yang ada disekitarnya? Apakah sudah mendekati bentuk sebenarnya?
Bagaimanakah proses anak dalam mengenali identitas orang- orang disekitarnya?
Apakah anak seringkali kesulitan dalam membedakan antara kenyataan dan khayalan?
2
Berpikir Egosentris
Bagaimana sikap anak saat mempunyai pendapat?

Bagaimana sikap anak ketika ada temannya yang meminjam mainannya?
Bagaimana sikap anak saat melihat orantuanya memberikan sesuatu kepada temannya?
Bagaimana sikap anak ketika menunjukkansuatu benda/ karyanya?
3
Berpikir intuitif
Bagaimana anak mengklasifikasikan benda disekitarnya?
Apakah anak dapat membedakan konsep banyak dan sedikit?
Bagaimana anak mengklasifikasikan benda berdasarkan warna?
Bagaimakah anak mulai melakukan penggolongan, terutama berdasarkan fungsi dari suatu benda?

Observasi
Target perilaku yang akan diamati
Waktu
Tempat
Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi


Menunjukan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi ketika air ditumpahkan)


Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (seperti: angin bertiup menyebabkan dan bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah)


Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari


Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran


Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar ataupun sebaliknya


Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis)


Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai mobil).


Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari (gerimis, hujan, gelap, terang)


Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran


Mengetahui konsep banyak dan sedikit


Mengenal konsep bilangan, lambang bilangan, dan lambang huruf






7 Unsur Kebudayaan Papua - CerynaF


    SADe's Traditional Festival 2019 "Papua"
 



                 

7 UNSUR  KEBUDAYAAN PAPUA

Papua adalah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Jaya yang mencakup seluruh wilayah Papua Bagian barat. Sejak tahun 2003, dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Papua (Jayapura) memiliki 27 kabupaten sedangkan Papua Barat (Manokwari) memiliki 9 kabupaten.

1.      Bahasa
Di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik yang ada. Aneka berbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainnya, dengan alasan disetiap daerah memiliki bahasa yang jauh berbeda tidak ada kemiripan. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan secara resmi oleh masyarakat di Papua hingga ke pedalaman ialah bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu masyarakat Papua.

2.      Agama
Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Papua dan dalam hal ketuhanan, Mayoritas penduduk Papua dalam lingkungan yang antara gunung ke gunung disetiap daerahnya beragama Kristen, namun demikian dibagian pantai atau pesisir mayoritas juga di huni oleh masyarakat yang beragama islam. Daerah Papua Barat terdapat masjid tertua yang berusia ratusan tahun yaitu masjid Tua Patimburak di desa Patimburak, Kecamatan Kokas, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat..
Banyak mubaligh maupun rakyat Indonesia sendiri yang melakukan misi keagamaannya di pedalaman-pedalaman Papua, guna menyebar luaskan keagaman Islam di Papua.

3.      Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Umumnya masyarakat papua hidup dalam system kekerabatan dengan menurut garis keturunan ayah (Partrilinea). Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat berpendudukan asli Papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.
Beberapa contoh sistem kekerabatan yang berlaku di Papua :
·         Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batih, dimana bapak, ibu dan anak tinggal dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang sebagai suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi para penghuninya. Dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah sili. Pada dasarnya silimo / sili merupakan komplek tempat kediaman yang terdiri dari beberapa unit bangunan beserta perangkat lainnya.
·         Perkampungan tradisional di Wamena dengan rumah-rumah yang dibuat berbentuk bulat beratap ilalang dan dindingnya dibaut dari kayu tanpa jendela, rumah seperti ini disebut rumah Honai. Komplek bangunan biasanya terdiri dari unsur-unsur unit bangunan yang dinamakan: rumah laki-laki (Honai/pilamo), rumah perempuan (ebe-ae/ebei), dapur (hunila) dan kandang babi (wamdabu/wamai).

4.      Sistem mata pencaharian dan perlengkapan hidup
Sistem mata pencaharian di papua sangat beragam, sesuai dengan dimana masyarakat itu tinggal.
·         Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum, rumah diatas tiang (rumah panggung), mata pencaharian nya menokok sagu dan menangkap ikan.
·         Penduduk daerah pedalaman yang hidup pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki gunung. Pada umumnya bermata pencahariannya menangkap ikan, berburu, binatang atama yang diburu biasanya babi, tapi dalam perjalanan orang sering menangkap beraneka ragam binatang dan mengumpulkan hasil hutan.
·         Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharianya berternak dan berkebun secara sederhana.
Banyak senjata yang digunakan oleh masyarakat Papua dalam bertahan hidup, seperti halnya pisau belati yang merupakan senjata tradisional Papua. Selain itu mereka juga sering menggunakan Tombak serta panah untuk berburu.

5.      Kesenian
a)      Tarian daerah Papua
Beberapa tarian daerah Papua
·         Tari Suanggi: Tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (Jejadian).
·         Tari Perang: Tarian yang melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat papua.
·         Tari Selamat Datang: Tarian yang mempertunjukkan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
·         Tari Musyoh: Merupakan tarian sakral dalam upaya mengusir arwah orang meninggal karena kecelakaan.

b)     Alat musik Papua
Beberapa macam alat musik yang ada di Papua adalah Tifa dan Trifon.
·         Tifa merupakan alat musik pukul yang dimiliki oleh papua. Tifa adalah alat musik tradisional yang berasal dari maluku dan papua.Tifa mirip seperti gendang cara dimainkan adalah dengan dipukul. Terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi dan tutupnya terbuat dari kulit rusa yang telah di keringkan untuk menghasilkan suara yang bagus. Tifa Biasanya dimainkan untuk mengiringi tarian perang seperti Tari Gatsi dari suku Asmat.
·         Triton alat musik tradisonal Papua yang terbuat dari kulit kerang. Triton dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik ini terdapat di seluruh pantai, terutama di daerah Biak, Yapen, Waropen, Nabire, Wondama serta kepulauan Raja Ampat.
c)      Lagu Daerah Papua
Beberapa lagu khas Papua
ü  Apuse                                                 
ü  Yamko Rambe Ramko
ü  Sajojo
ü  Wesupe

d)     Makanan tradisional Papua
Beberapa macam makanan khas dari Papua
ü  Papeda
ü  Sate Ulat Sagu
ü  Ikan Bakar Manokwari
ü  Kuah Ikan Kuning
ü  Ikan Bakar Colo Dabu-Dabu
Papeda atau bubur sagu, merupakan makanan pokok masyarakat Maluku dan Papua. Makanan ini terdapat di hampir semua daerah di Maluku dan Papua. Papeda dibuat dari tepung sagu. Tepung sagu dibuat dengan cara menokok batang sagu. Pohon yang bagus untuk dibuat sagu adalah pohon yang sudah berumur antara tiga sampai dengan lima tahun. Mula-mula pohon sagu dipotong lalu bonggolnya diperas hingga sari patinya keluar. Dari sari pati ini diperoleh tepung sagu murni yang siap diolah. Tepung sagu kemudian disimpan didalam alat yang disebut tumang. Papeda biasanya disantap bersama kuah kuning, yang terbuat dari ikan tongkol atau ikan mubara dan di bumbui kunyit dan jeruk nipis. 

e)      Pakaian Adat Papua
Koteka
Koteka adalah pakaian khas Papua yang digunakan oleh masyarakat laki-laki. Mereka hampir telanjang bulat, kecuali bagian kemaluannya yang ditutupi dengan koteka. Bentuk koteka berupa selongsong yang mengerucut ke atas, dengan tali yang diikatkan ke pinggang. Ada dua jenis koteka, untuk digunakan sehari-hari dan khusus acara adat penting. Koteka untuk sehari-hari terbilang sederhana dan polos tanpa ukiran. Sedangkan koteka untuk upacara adat berukuran lebih panjang dengan ukiran etnik khas Papua. Ukuran koteka juga dibedakan menurut status sosial pemakainya. Semakin tinggi kedudukan seorang laki-laki dalam tatanan adatnya, makin besar pula ukuran koteka yang ia kenakan.

Rok rumbai dengan penutup kepala
Orang Papua pada zaman dahulu Jika laki-laki menutupi tubuh bagian bawah dengan koteka, kaum perempuan menggunakan rok rumbai yang dibuat dari daun sagu kering. Sementara bagian tubuh atas disamarkan dengan tato atau lukisan bermotif etnik. Sebagai pelengkap, hiasan dari bulu burung Kasuari dan daun sagu kering dikenakan di atas kepala. Setelan baju adat ini biasa digunakan untuk ritual atau upacara adat tertentu. Namun rok rumbai bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari.

Sali
Sali adalah pakaian adat yang digunakan khusus perempuan lajang, pakaian yang terbuat dari kulit pohon dan harus berwarna cokelat. Setelah menikah, perempuan Papua gak diperkenankan lagi memakai Sali.

Yokai
Sementara itu untuk perempuan yang sudah menikah menggunakan pakaian adat bernama Yokai. Bahan bakunya sama seperti Sali yaitu kulit pohon, tetapi dipilih yang berwarna cokelat kemerahan. Yokai adalah pakaian adat khas Papua Barat dan biasanya hanya bisa ditemui di kawasan pedalaman. Pakaian ini juga melambangkan kedekatan dengan alam, sehingga gak bisa dipakai secara sembarangan atau diperjual belikan.
Aksesoris pelengkap pakaian adat papua
-          Gigi anjing dan taring babi: kalung gigi anjing dilingkarkan di leher, sementara taring babi dipasang di dekat lubang hidung.
-          Hiasan kepala: hiasan berwujud seperti rumbai-rumbai ini melambangkan mahkota. Bahan bakunya dari bulu burung kasuari, bulu kelinci, dan daun sagu kering.
-          Tas noken: sering melihat orang Papua membawa tas seperti ransel di bagian belakang tubuhnya. Tas noken asli terbuat dari anyaman kulit kayu, bisa dikenakan seperti ransel atau sebagai tas selempang.

6.      Rumah Adat Papua
Beberapa macam rumah adat yang ada di Papua
a.      Honai
Honai merupakan rumah adat Papua yang menjadi tempat tinggal bagi suku Dani. Biasanya Honai dihuni oleh laki-laki dewasa. Honai berasal dari kata “hun”  atau laki-laki dan “ai” yang berarti rumah. Biasanya Honai ditemukan di lembah dan pegunungan. Dinding rumah ini terbuat dari kayu dengan atap jerami yang berbentuk kerucut, sekilas mirip seperti jamur. Bentuk atap ini berfungsi untuk melindungi permukaan dinding dari air hujan, juga mengurangi hawa dingin dari lingkungan sekitar. Rumah ini tidak memiliki jendela, hanya terdapat satu buah pintu. Rumah ini memiliki tinggi 2,5 meter dan memiliki ruangan yang sempit yaitu sekitar 5 meter. Ruangan di dalam rumah ini terdiri dari dua lantai. Lantai atas berfungsi sebagai tempat tidur sedangkan bagian bawah sebagai tempat berkumpul dan berkegiatan. Masyarakat di sana menggunakan rumput yang dikeringkan sebagai alas tidur. Meskipun sederhana namun rumah ini tetap menarik. Bagian paling bawah dari Honai biasanya juga digunakan sebagai penyimpanan bagi mumi, yaitu jasad yang telah diawetkan. Fungsi lain dari rumah honai yaitu sebagai tempat untuk menyimpan alat perang, benda-benda warisan leluhur serta simbol dari adat suku tersebut.
b.      Ebai
Ebai berasal dari kata “ebe” yaitu tubuh dan “ai” yang artinya rumah. Hal ini karena perempuan merupakan tempat tinggal bagi kehidupan. Ebai biasa digunakan untuk melakukan proses pendidikan bagi anak perempuan yaitu para ibu akan mengajarkan hal-hal yang akan dilakukan ketika menikah nanti. Ebai juga sebagai tempat tinggal bagi ibu-ibu, anak perempuan dan anak laki-laki. Namun anak laki-laki yang telah beranjak dewasa akan pindah ke Honai. Rumah Ebai mirip dengan honai, namun memiliki ukuran yang lebih pendek dan kecil. Berada di samping kanan atau kiri honai serta pintunya tidak sejajar dengan pintu utama.
c.       Wamai
Wamai merupakan tempat yang digunakan sebagai kandang ternak peliharaan. Hewan yang biasa dijadikan ternak oleh suku wilayah papua misalnya ayam, babi, anjing dan lain-lainnya.
Bentuk wamai biasanya persegi tapi ada pula bentuk lain, sangat fleksibel tergantung dari besar dan banyaknya jenis hewan yang dimiliki oleh masing-masing keluarga.

d.      Kariwari
Kariwari merupakan rumah adat Papua yang dihuni oleh suku Tobati-Enggros yang tinggal di tepi Danau Sentani, Jayapura. Rumah ini merupakan rumah khusus bagi laki-laki yang telah berusia sekitar 12 tahun. Rumah ini digunakan untuk mendidik anak-anak tersebut mengenai apa yang harus dilakukan oleh laki-laki seperti pengalaman hidup dan mencari nafkah. Rumah ini memiliki bentuk segi delapan yang menyerupai limas. Bentuk ini dibuat dengan maksud agar mampu menahan hembusan angin yang kuat. Sedangkan atapnya berbentuk kerucut. Menurut kepercayaan masyarakatnya untuk mendekatkan diri kepada para leluhur. Tinggi dari rumah ini berbeda-beda, dari 20-30 meter. Terdiri dari 3 lantai yang memiliki fungsi masing-masing. Lantai paling bawah digunakan untuk tempat belajar para remaja laki-laki. Lantai ke dua digunakan untuk ruang pertemuan pemimpin dan kepala suku serta sebagai tempat tidur kaum laki-laki. Dan lantai ke tiga sebagai tempat meditasi dan berdoa. Lantai pada bangunan ini terbuat dari lapisan kulit kayu, dindingnya terbuat dari cacahan pohon bambu, sedangkan atapnya terbuat dari daun sagu. Di dalamnya terdapat kayu besi yang digunakan untuk menopang dan saling mengikat satu sama lain. Fungsinya agar atap tidak terlepas dan terbang terbawa angin. Dibawah batang kayu digunakan untuk menyimpan hasil kerajinan, alat perang dan lain-lain.



e.       Rumsram
Rumsram merupakan rumah adat Papua dari suku Biak Numfor yang berada di pulau-pulau. Rumah ini ditujukan untuk laki-laki. Seperti kariwari, rumah ini digunakan sebagai tempat untuk mendidik anak remaja laki-laki dalam pencarian pengalaman hidup, serta cara untuk menjadi laki-laki yang kuat dan bertanggungjawab sebagai kepala keluarga kelak. Rumsram memiliki berbentuk persegi seperti rumah panggung, dengan beberapa ukiran pada beberapa bagiannya dan atapnya mirip seperti perahu terbalik yang menandakan mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan. Tinggi Rumsram kurang lebih sekitar 6-8 meter. Terdiri dari dua tingkat. Lantai pertama bersifat terbuka dan tidak memiliki dinding. Berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi laki-laki misalnya membuat perahu, memahat, cara berperang dan lain-lain.
Seperti Kariwari, bangunan rumah rumsram pada bagian lantainya terbuat dari kulit kayu dan dindingnya dari pohon bambu yang di cacah. Memiliki dua buah pintu pada bagian depan dan belakang serta beberapa buah jendela, sedangkan atapnya terbuat dari daun sagu.

7.      Permainan Khas Papua
Beberapa permaian tradisional khas Papua
·         Patah Kaleng
·         Benteng
·         Kelereng dari Biji Matoa
·         Inkaro Pianik
·         Tok Asya
·         Walinoniwei





Permainan Tradisional Gobak Sodor

 Teman-teman saya akan membagikan informasi tentang permainan tradisonal Gobak Sodor. semoga bermanfaat     A.     Nama Kegiatan    ...