|
7 UNSUR KEBUDAYAAN PAPUA
Papua adalah provinsi terluas Indonesia yang
terletak di bagian tengah Pulau Papua atau
bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Jaya yang mencakup
seluruh wilayah Papua Bagian barat. Sejak tahun 2003, dibagi menjadi dua
provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat.
Papua (Jayapura) memiliki 27 kabupaten sedangkan Papua Barat (Manokwari)
memiliki 9 kabupaten.
1. Bahasa
Di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok
etnik yang ada. Aneka berbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam
berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainnya, dengan
alasan disetiap daerah memiliki bahasa yang jauh berbeda tidak ada kemiripan.
Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan secara resmi oleh masyarakat di
Papua hingga ke pedalaman ialah bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu
masyarakat Papua.
2. Agama
Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat di Papua dan dalam hal ketuhanan, Mayoritas penduduk Papua dalam
lingkungan yang antara gunung ke gunung disetiap daerahnya beragama Kristen,
namun demikian dibagian pantai atau pesisir mayoritas juga di huni oleh
masyarakat yang beragama islam. Daerah Papua Barat terdapat masjid tertua yang
berusia ratusan tahun yaitu masjid Tua Patimburak di desa Patimburak, Kecamatan
Kokas, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat..
Banyak mubaligh maupun rakyat Indonesia sendiri yang melakukan misi keagamaannya di pedalaman-pedalaman Papua, guna menyebar luaskan keagaman Islam di Papua.
Banyak mubaligh maupun rakyat Indonesia sendiri yang melakukan misi keagamaannya di pedalaman-pedalaman Papua, guna menyebar luaskan keagaman Islam di Papua.
3. Sistem
kekerabatan dan organisasi sosial
Umumnya masyarakat papua hidup dalam system
kekerabatan dengan menurut garis keturunan ayah (Partrilinea). Budaya setempat
berasal dari Melanesia. Masyarakat berpendudukan asli Papua cenderung
menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan
pegunungan.
Beberapa contoh sistem kekerabatan yang berlaku di
Papua :
·
Masyarakat Dani tidak mengenal
konsep keluarga batih, dimana bapak, ibu dan anak tinggal dalam
satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang sebagai
suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi para
penghuninya. Dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah sili. Pada
dasarnya silimo / sili merupakan komplek tempat kediaman yang terdiri dari
beberapa unit bangunan beserta perangkat lainnya.
·
Perkampungan tradisional di Wamena
dengan rumah-rumah yang dibuat berbentuk bulat beratap ilalang dan dindingnya
dibaut dari kayu tanpa jendela, rumah seperti ini disebut rumah Honai. Komplek
bangunan biasanya terdiri dari unsur-unsur unit bangunan yang dinamakan: rumah
laki-laki (Honai/pilamo), rumah perempuan (ebe-ae/ebei), dapur (hunila) dan
kandang babi (wamdabu/wamai).
4. Sistem mata
pencaharian dan perlengkapan hidup
Sistem mata
pencaharian di papua sangat beragam, sesuai dengan dimana masyarakat itu
tinggal.
·
Penduduk daerah pantai dan kepulauan
dengan ciri-ciri umum, rumah diatas tiang (rumah panggung), mata pencaharian nya
menokok sagu dan menangkap ikan.
·
Penduduk daerah pedalaman yang hidup
pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki gunung. Pada umumnya
bermata pencahariannya menangkap ikan, berburu, binatang atama yang diburu
biasanya babi, tapi dalam perjalanan orang sering menangkap beraneka ragam
binatang dan mengumpulkan hasil hutan.
·
Penduduk daerah dataran tinggi
dengan mata pencaharianya berternak dan berkebun secara sederhana.
Banyak
senjata yang digunakan oleh masyarakat Papua dalam bertahan hidup, seperti
halnya pisau belati yang merupakan senjata tradisional Papua. Selain itu mereka
juga sering menggunakan Tombak serta panah untuk berburu.
5. Kesenian
a) Tarian daerah Papua
Beberapa tarian daerah Papua
·
Tari
Suanggi: Tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal
mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (Jejadian).
·
Tari
Perang: Tarian yang melambangkan kepahlawanan dan
kegagahan rakyat papua.
·
Tari
Selamat Datang: Tarian yang mempertunjukkan kegembiraan hati
penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
·
Tari Musyoh: Merupakan
tarian sakral dalam upaya mengusir arwah orang meninggal karena kecelakaan.
b) Alat musik Papua
Beberapa macam alat musik yang ada di Papua adalah
Tifa dan Trifon.
·
Tifa merupakan alat musik pukul yang
dimiliki oleh papua. Tifa adalah alat musik tradisional yang berasal dari
maluku dan papua.Tifa mirip seperti gendang cara dimainkan adalah dengan
dipukul. Terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan
pada salah satu sisi ujungnya ditutupi dan tutupnya terbuat dari kulit rusa
yang telah di keringkan untuk menghasilkan suara yang bagus. Tifa Biasanya
dimainkan untuk mengiringi tarian perang seperti Tari Gatsi dari suku Asmat.
·
Triton alat musik tradisonal Papua
yang terbuat dari kulit kerang. Triton dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik
ini terdapat di seluruh pantai, terutama di daerah Biak, Yapen, Waropen,
Nabire, Wondama serta kepulauan Raja Ampat.
c) Lagu Daerah Papua
Beberapa lagu khas Papua
ü
Apuse
ü
Yamko Rambe Ramko
ü
Sajojo
ü
Wesupe
d) Makanan tradisional Papua
Beberapa
macam makanan khas dari Papua
ü
Papeda
ü
Sate Ulat
Sagu
ü
Ikan Bakar
Manokwari
ü
Kuah Ikan Kuning
ü
Ikan Bakar
Colo Dabu-Dabu
Papeda atau
bubur sagu, merupakan makanan pokok masyarakat Maluku dan Papua. Makanan ini
terdapat di hampir semua daerah di Maluku dan Papua. Papeda dibuat dari tepung
sagu. Tepung sagu dibuat dengan cara menokok batang sagu. Pohon yang bagus
untuk dibuat sagu adalah pohon yang sudah berumur antara tiga sampai dengan
lima tahun. Mula-mula pohon sagu dipotong lalu bonggolnya diperas hingga sari
patinya keluar. Dari sari pati ini diperoleh tepung sagu murni yang siap
diolah. Tepung sagu kemudian disimpan didalam alat yang disebut tumang. Papeda
biasanya disantap bersama kuah kuning, yang terbuat dari ikan tongkol atau ikan
mubara dan di bumbui kunyit dan jeruk nipis.
e) Pakaian Adat Papua
Koteka
Koteka
adalah pakaian khas Papua yang digunakan oleh masyarakat laki-laki. Mereka
hampir telanjang bulat, kecuali bagian kemaluannya yang ditutupi dengan koteka.
Bentuk koteka berupa selongsong yang mengerucut ke atas, dengan tali yang
diikatkan ke pinggang. Ada dua jenis koteka, untuk digunakan sehari-hari dan
khusus acara adat penting. Koteka untuk sehari-hari terbilang sederhana dan
polos tanpa ukiran. Sedangkan koteka untuk upacara adat berukuran lebih panjang
dengan ukiran etnik khas Papua. Ukuran koteka juga dibedakan menurut status
sosial pemakainya. Semakin tinggi kedudukan seorang laki-laki dalam tatanan
adatnya, makin besar pula ukuran koteka yang ia kenakan.
Rok rumbai dengan penutup kepala
Orang
Papua pada zaman dahulu Jika laki-laki menutupi tubuh bagian bawah dengan
koteka, kaum perempuan menggunakan rok rumbai yang dibuat dari daun sagu
kering. Sementara bagian tubuh atas disamarkan dengan tato atau lukisan
bermotif etnik. Sebagai pelengkap, hiasan dari bulu burung Kasuari dan daun
sagu kering dikenakan di atas kepala. Setelan baju adat ini biasa digunakan
untuk ritual atau upacara adat tertentu. Namun rok rumbai bisa digunakan untuk
aktivitas sehari-hari.
Sali
Sali
adalah pakaian adat yang digunakan khusus perempuan lajang, pakaian yang
terbuat dari kulit pohon dan harus berwarna cokelat. Setelah menikah, perempuan
Papua gak diperkenankan lagi memakai Sali.
Yokai
Sementara
itu untuk perempuan yang sudah menikah menggunakan pakaian adat bernama Yokai.
Bahan bakunya sama seperti Sali yaitu kulit pohon, tetapi dipilih yang berwarna
cokelat kemerahan. Yokai adalah pakaian adat khas Papua Barat dan biasanya
hanya bisa ditemui di kawasan pedalaman. Pakaian ini juga melambangkan
kedekatan dengan alam, sehingga gak bisa dipakai secara sembarangan atau
diperjual belikan.
Aksesoris pelengkap pakaian adat papua
-
Gigi anjing dan taring babi: kalung
gigi anjing dilingkarkan di leher, sementara taring babi dipasang di dekat
lubang hidung.
-
Hiasan kepala: hiasan berwujud
seperti rumbai-rumbai ini melambangkan mahkota. Bahan bakunya dari bulu burung
kasuari, bulu kelinci, dan daun sagu kering.
-
Tas noken: sering melihat orang
Papua membawa tas seperti ransel di bagian belakang tubuhnya. Tas noken asli
terbuat dari anyaman kulit kayu, bisa dikenakan seperti ransel atau sebagai tas
selempang.
6. Rumah Adat Papua
Beberapa
macam rumah adat yang ada di Papua
a.
Honai

Honai merupakan rumah adat Papua
yang menjadi tempat tinggal bagi suku Dani. Biasanya Honai dihuni oleh
laki-laki dewasa. Honai berasal dari kata “hun” atau laki-laki dan “ai”
yang berarti rumah. Biasanya Honai ditemukan di lembah dan pegunungan. Dinding
rumah ini terbuat dari kayu dengan atap jerami yang berbentuk kerucut, sekilas
mirip seperti jamur. Bentuk atap ini berfungsi untuk melindungi permukaan
dinding dari air hujan, juga mengurangi hawa dingin dari lingkungan sekitar.
Rumah ini tidak memiliki jendela, hanya terdapat satu buah pintu. Rumah ini
memiliki tinggi 2,5 meter dan memiliki ruangan yang sempit yaitu sekitar 5
meter. Ruangan di dalam rumah ini terdiri dari dua lantai. Lantai atas
berfungsi sebagai tempat tidur sedangkan bagian bawah sebagai tempat berkumpul
dan berkegiatan. Masyarakat di sana menggunakan rumput yang dikeringkan sebagai
alas tidur. Meskipun sederhana namun rumah ini tetap menarik. Bagian paling
bawah dari Honai biasanya juga digunakan sebagai penyimpanan bagi mumi, yaitu
jasad yang telah diawetkan. Fungsi lain dari rumah honai yaitu sebagai tempat
untuk menyimpan alat perang, benda-benda warisan leluhur serta simbol dari adat
suku tersebut.
b.
Ebai

Ebai berasal dari kata “ebe” yaitu
tubuh dan “ai” yang artinya rumah. Hal ini karena perempuan merupakan tempat
tinggal bagi kehidupan. Ebai biasa digunakan untuk melakukan proses pendidikan
bagi anak perempuan yaitu para ibu akan mengajarkan hal-hal yang akan dilakukan
ketika menikah nanti. Ebai juga sebagai tempat tinggal bagi ibu-ibu, anak
perempuan dan anak laki-laki. Namun anak laki-laki yang telah beranjak dewasa
akan pindah ke Honai. Rumah Ebai mirip dengan honai, namun memiliki ukuran yang
lebih pendek dan kecil. Berada di samping kanan atau kiri honai serta pintunya
tidak sejajar dengan pintu utama.
c. Wamai

Wamai
merupakan tempat yang digunakan sebagai kandang ternak peliharaan. Hewan yang
biasa dijadikan ternak oleh suku wilayah papua misalnya ayam, babi, anjing dan
lain-lainnya.
Bentuk wamai
biasanya persegi tapi ada pula bentuk lain, sangat fleksibel tergantung dari
besar dan banyaknya jenis hewan yang dimiliki oleh masing-masing keluarga.
d. Kariwari

Kariwari
merupakan rumah adat Papua yang dihuni oleh suku Tobati-Enggros yang tinggal di
tepi Danau Sentani, Jayapura. Rumah ini merupakan rumah khusus bagi laki-laki
yang telah berusia sekitar 12 tahun. Rumah ini digunakan untuk mendidik
anak-anak tersebut mengenai apa yang harus dilakukan oleh laki-laki seperti
pengalaman hidup dan mencari nafkah. Rumah ini memiliki bentuk segi delapan
yang menyerupai limas. Bentuk ini dibuat dengan maksud agar mampu menahan
hembusan angin yang kuat. Sedangkan atapnya berbentuk kerucut. Menurut
kepercayaan masyarakatnya untuk mendekatkan diri kepada para leluhur. Tinggi
dari rumah ini berbeda-beda, dari 20-30 meter. Terdiri dari 3 lantai yang
memiliki fungsi masing-masing. Lantai paling bawah digunakan untuk tempat
belajar para remaja laki-laki. Lantai ke dua digunakan untuk ruang pertemuan
pemimpin dan kepala suku serta sebagai tempat tidur kaum laki-laki. Dan lantai
ke tiga sebagai tempat meditasi dan berdoa. Lantai pada bangunan ini terbuat
dari lapisan kulit kayu, dindingnya terbuat dari cacahan pohon bambu, sedangkan
atapnya terbuat dari daun sagu. Di dalamnya terdapat kayu besi yang digunakan
untuk menopang dan saling mengikat satu sama lain. Fungsinya agar atap tidak
terlepas dan terbang terbawa angin. Dibawah batang kayu digunakan untuk
menyimpan hasil kerajinan, alat perang dan lain-lain.
e. Rumsram

Rumsram merupakan
rumah adat Papua dari suku Biak Numfor yang berada di pulau-pulau. Rumah ini
ditujukan untuk laki-laki. Seperti kariwari, rumah ini digunakan sebagai tempat
untuk mendidik anak remaja laki-laki dalam pencarian pengalaman hidup, serta
cara untuk menjadi laki-laki yang kuat dan bertanggungjawab sebagai kepala
keluarga kelak. Rumsram memiliki berbentuk persegi seperti rumah panggung,
dengan beberapa ukiran pada beberapa bagiannya dan atapnya mirip seperti perahu
terbalik yang menandakan mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan. Tinggi
Rumsram kurang lebih sekitar 6-8 meter. Terdiri dari dua tingkat. Lantai
pertama bersifat terbuka dan tidak memiliki dinding. Berfungsi sebagai tempat
pendidikan bagi laki-laki misalnya membuat perahu, memahat, cara berperang dan
lain-lain.
Seperti
Kariwari, bangunan rumah rumsram pada bagian lantainya terbuat dari kulit kayu
dan dindingnya dari pohon bambu yang di cacah. Memiliki dua buah pintu pada
bagian depan dan belakang serta beberapa buah jendela, sedangkan atapnya
terbuat dari daun sagu.
7.
Permainan Khas Papua
Beberapa
permaian tradisional khas Papua
·
Patah Kaleng
·
Benteng
·
Kelereng dari Biji Matoa
·
Inkaro Pianik
·
Tok Asya
·
Walinoniwei
Tidak ada komentar:
Posting Komentar